Pertandingan di tiap venue dalam Kompleks Jakabaring Sport City selalu diramaikan suporter tiap negara peserta. Ironi nya, suporter tersebut asli Indonesia yang berasal dari siswa beberapa sekolah di Palembang yang dikoordinir untuk mendukung negara peserta SEA Games.
Kehadiran suporter lokal tampil kompak memakai kaos putih dengan gambar bendera negara yang didukungnya. Pengamatan di lapangan, para pelajar ini seperti ada yang mengarahkan dan dikoordinir guru mereka masing-masing.
Salah satu pelajar yang ditemui mengaku mereka datang dan mendukung negara lain karena disuruh guru pembimbing mereka di sekolah. "Kami disuruh pak guru memakai kaos Malaysia dan mendukung saat mereka bertanding," ujar salah satu siswi SMP di Palembang.
Rata-rata pelajar ini tidak bisa menolak perintah guru mereka untuk ikut menyemarakan SEA Games walau harus mendukung negara lain. "Takut dimarahi kalau menolak ikut kak, kami ikut salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, angggotanya disuruh ikut semua," jelasnya.
Mereka mengaku dibayar Rp20 ribu per hari dan diberi kaos serta disediakan fasilitas transportasi dan konsumsi selama mengikuti kegiatan ini.
Kehadiran suporter lokal mendukung tim lawan mulai menuai keluhan dari atlet dan penonton Indonesia yang sedang bertanding. Pada saat pertandingan senam di GOR Ranau, saat tim senam putri Indonesia bertanding, nyaris tidak ada terdengar suara dan tepuk tangan yang mendukung.
Para pendukung Myanmar yang kebanyakan pelajar dan mengaku berasal dari salah satu SMA Negeri di Palembang tersebut berteriak dengan kompak mendukung lawan tim senam Myanmar saat sang koordinator memberi perintah.
Pada partai penyisihan Sepak Takraw, hal serupa juga terjadi, dukungan itu memicu keluhan SyamsulHadi kapten tim sepak takraw putra Indonesia. Syamsul merasa seperti bermain di negeri orang. Para suporter itu memberi dukungan dengan sangat bersemangat kepada tim lawan Indonesia.
“Kami sangat menyayangkan kenapa mereka mau menggadaikan harga diri bangsa hanya karena diberi baju dan atribut negara lain," ujar Syamsul.
Kehadiran suporter lokal tampil kompak memakai kaos putih dengan gambar bendera negara yang didukungnya. Pengamatan di lapangan, para pelajar ini seperti ada yang mengarahkan dan dikoordinir guru mereka masing-masing.
Salah satu pelajar yang ditemui mengaku mereka datang dan mendukung negara lain karena disuruh guru pembimbing mereka di sekolah. "Kami disuruh pak guru memakai kaos Malaysia dan mendukung saat mereka bertanding," ujar salah satu siswi SMP di Palembang.
Rata-rata pelajar ini tidak bisa menolak perintah guru mereka untuk ikut menyemarakan SEA Games walau harus mendukung negara lain. "Takut dimarahi kalau menolak ikut kak, kami ikut salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, angggotanya disuruh ikut semua," jelasnya.
Mereka mengaku dibayar Rp20 ribu per hari dan diberi kaos serta disediakan fasilitas transportasi dan konsumsi selama mengikuti kegiatan ini.
Kehadiran suporter lokal mendukung tim lawan mulai menuai keluhan dari atlet dan penonton Indonesia yang sedang bertanding. Pada saat pertandingan senam di GOR Ranau, saat tim senam putri Indonesia bertanding, nyaris tidak ada terdengar suara dan tepuk tangan yang mendukung.
Para pendukung Myanmar yang kebanyakan pelajar dan mengaku berasal dari salah satu SMA Negeri di Palembang tersebut berteriak dengan kompak mendukung lawan tim senam Myanmar saat sang koordinator memberi perintah.
Pada partai penyisihan Sepak Takraw, hal serupa juga terjadi, dukungan itu memicu keluhan SyamsulHadi kapten tim sepak takraw putra Indonesia. Syamsul merasa seperti bermain di negeri orang. Para suporter itu memberi dukungan dengan sangat bersemangat kepada tim lawan Indonesia.
“Kami sangat menyayangkan kenapa mereka mau menggadaikan harga diri bangsa hanya karena diberi baju dan atribut negara lain," ujar Syamsul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar