Gambar di bak truk dan stiker itu seolah menyindir kondisi Indonesia
setelah reformasi. Sosok Presiden kedua Republik Indonesia tersenyum. Di
sebelahnya tertulis 'isih penak zamanku tho le?'. Artinya masih enak
zamanku kan nak?
Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat
kecil mengingatnya sebagai pahlawan yang menyediakan bensin murah dan
beras yang bisa dijangkau. Mereka yang ketika itu tak bersentuhan dengan
politik dan pergerakan, akan langsung mengangguk setuju jika ditanya
zaman Soeharto lebih enak.
Sementara itu kalangan aktivis dan politikus mengingat Orde Baru
sebagai masa represif bak mimpi buruk. Sedikit-sedikit enak saja aparat
menangkap orang. Tuduhan subversif pada saat itu mungkin sama dengan
menyeramkannya dengan cap teroris yang disematkan Densus 88 Polri saat
ini.
"Secara politik memang masyarakat tidak cukup puas dengan masa
reformasi, terutama pada periode 2009-2014. Hal ini terjadi karena
kondisi saat ini secara konstelasi politik sangat ekstrem, sehingga
terkesan seperti ada wilayah tak bertuan. Dan harus kita akui, rezim
Soeharto punya kelebihan, ekonomi makro dan stabilitas politik," ujar
pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya saat berbincang dengan
merdeka.com.
Meski di zaman Orde Baru tidak ada demokrasi dan pemerintah sangat
otoriter, masyarakat tidak pernah melihat hal itu. Rakyat lebih melihat
pada stabilitas ekonomi dan juga rasa aman dan nyaman yang dibuat oleh
rezim saat itu.
Polemik soal gelar pahlawan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan.
Sebagian setuju, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap
Soeharto pahlawan pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi
menganggap Soeharto berlumuran darah atas berbagai aksi pembantaian
selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan seterusnya.
Di Bulan Maret ini, ada dua peristiwa yang sangat lekat dengan
Soeharto. Yang pertama Serangan Oemom 1 Maret 1949. Inilah kali pertama
Soeharto menyedot perhatian karena prestasinya memimpin serangan umum di
Yogyakarta. Lalu ada Surat Perintah 11 Maret. Dua peristiwa yang saat
ini masih menjadi kontroversi.
Karena itu pula tim redaksi merdeka.com akan mengulas sosok Soeharto
selama sebulan penuh. Bulan Maret kami sebut dengan Bulan Soeharto. Sama
dengan saat kami menghormati Soekarno dengan menyebut Bulan Juni
sebagai Bulan Soekarno.
Pastinya tak cuma polemik yang akan ditulis, tetapi juga keseharian
sang jenderal yang murah senyum ini. Jika Soekarno punya seribu cerita
menarik, Soeharto juga.
Tentu bukan karena kami ingin Orde Baru kembali, maka kami menuliskan
Soeharto. Tulisan Soeharto sekadar memperkaya pengetahuan akan sejarah
seperti yang biasa merdeka.com sajikan. Sama seperti saat kami menulis
soal Soekarno, Ali Sadikin, Jenderal Hoegeng, Tirto Adhi Soerjo,
Mohammad Natsir dan lainnya. Selamat membaca.
Sumber
»» READMORE...