Di saat banyak orang melakukan bedah plastik untuk memperbesar ukuran payudara, Jeanette Leach justru tengah bermimpi segera menjalani bedah untuk memperkecil ukuran payudaranya. Ia tak tahan dengan serangkaian penderitaan selama bertahun-tahun memiliki payudara ukuran 32JJ.
Meski memiliki suami dan dua anak yang sangat mencintainya, Jen agaknya masih menyimpan trauma masa remaja. Masih lekat dalam ingatan ketika orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Jen si payudara besar'. "Setiap saya jalan, semua pandangan mengarah ke dada saya, dan selalu menjadi lelucon," katanya kepada mirror.co.uk.
Saat sekolah dasar, Jen menjadi siswa pertama yang mengenakan bra di kelasnya. Seiring bertambahnya usia, payudaranya berkembang melebihi ukuran normal. Ia bahkan harus memesan bra khusus, karena semua yang ada di pasaran tak dapat menampung payudaranya.
Memasuki usia 20 tahun, Jen mulai berpikir melakukan operasi penyusutan volume payudara. Namun, dokter yang ia temui memintanya menunda hingga menikah dan memiliki anak. Sebab, operasi akan memengaruhi kemampuannya menyusui. "Saya menurut, katanya menyusui juga bisa membuat payudara menyusut, tapi nyatanya tidak," katanya.
Menikah dengan pria yang sangat mengagumi payudaranya, Jen melahirkan dua anak. Ia selalu berniat memberikan ASI eksklusif, namun selalu terhenti di tengah jalan. Jen tak tega melihat bayinya yang sering susah bernapas tertimpa payudaranya.
Keinginannya melakukan operasi memperkecil ukuran payudara kembali menguat. Terlebih, ia kerap merasakan sakit di area punggung. Ia juga susah tidur telentang karena membuat napasnya tersengal. Saat berjalan, ia juga harus sering duduk beristirahat karena beban berlebih di area dadanya. Ia ingin memperkecil ke ukuran cup C atau D.
Kecil lebih sehat
Meski memiliki suami dan dua anak yang sangat mencintainya, Jen agaknya masih menyimpan trauma masa remaja. Masih lekat dalam ingatan ketika orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Jen si payudara besar'. "Setiap saya jalan, semua pandangan mengarah ke dada saya, dan selalu menjadi lelucon," katanya kepada mirror.co.uk.
Saat sekolah dasar, Jen menjadi siswa pertama yang mengenakan bra di kelasnya. Seiring bertambahnya usia, payudaranya berkembang melebihi ukuran normal. Ia bahkan harus memesan bra khusus, karena semua yang ada di pasaran tak dapat menampung payudaranya.
Memasuki usia 20 tahun, Jen mulai berpikir melakukan operasi penyusutan volume payudara. Namun, dokter yang ia temui memintanya menunda hingga menikah dan memiliki anak. Sebab, operasi akan memengaruhi kemampuannya menyusui. "Saya menurut, katanya menyusui juga bisa membuat payudara menyusut, tapi nyatanya tidak," katanya.
Menikah dengan pria yang sangat mengagumi payudaranya, Jen melahirkan dua anak. Ia selalu berniat memberikan ASI eksklusif, namun selalu terhenti di tengah jalan. Jen tak tega melihat bayinya yang sering susah bernapas tertimpa payudaranya.
Keinginannya melakukan operasi memperkecil ukuran payudara kembali menguat. Terlebih, ia kerap merasakan sakit di area punggung. Ia juga susah tidur telentang karena membuat napasnya tersengal. Saat berjalan, ia juga harus sering duduk beristirahat karena beban berlebih di area dadanya. Ia ingin memperkecil ke ukuran cup C atau D.
Kecil lebih sehat
Marisa Weiss, pakar onkologi sekaligus presiden dan pendiri breastcancer.org, mengatakan, "Payudara yang lebih besar akan lebih berat dan menempatkan tekanan pada tubuh. Ini mengubah postur seorang wanita dan menyebabkan leher sering tegang yang bisa memicu timbulnya sakit kepala.”
Sementara studi University of Wina menyebut, payudara besar terkadang kurang sensitif dibandingkan berukuran lebih kecil. "Payudara besar memiliki jaringan lemak lebih banyak daripada jaringan kelenjar yang merupakan bagian paling sensitif," kata seorang seksolog Rachael Ross, MD, PhD seperti dikutip dari Shine.
"Dengan payudara yang lebih kecil, kelenjar lebih mudah untuk merangsang selama foreplay karena mereka tidak berada di bawah lapisan lemak," Rachael menambahkan. Payudara kecil juga membuat wanita lebih leluasa menciptakan gerakan saat bercinta.
Sementara studi University of Wina menyebut, payudara besar terkadang kurang sensitif dibandingkan berukuran lebih kecil. "Payudara besar memiliki jaringan lemak lebih banyak daripada jaringan kelenjar yang merupakan bagian paling sensitif," kata seorang seksolog Rachael Ross, MD, PhD seperti dikutip dari Shine.
"Dengan payudara yang lebih kecil, kelenjar lebih mudah untuk merangsang selama foreplay karena mereka tidak berada di bawah lapisan lemak," Rachael menambahkan. Payudara kecil juga membuat wanita lebih leluasa menciptakan gerakan saat bercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar